#10 "Buah Penyedap Rasa"

"Pada masa Shu'ayb, seseorang telah berkata: "Allah melihat semua kesalahan yang aku lakukan, namun karena kebaikan hati-Nya, Dia tidak pernah menghukumku."

Allah telah berbicara secara ajaib kepada Shu'ayb, Untuk menjawabinya, "kamu berkata, "Allah tidak pernah menghukum saya," tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Allah telah menghukummu, namun engkau tidak menyadarinya. Engkau mengembara di belantara tanpa arah. Kaki tanganmu terikat kekangan. Engkau bagaikan belanga yang terbentuk dari tempelan lapisan karatan.

Kamu makin buta terhadap hal-hal spiritual. Ketika kepulan asap mengenai belanga tembaga baru, orang langsung bisa melihat pengaruhnya yang hitam legam seperti wajahmu, namun siapa yang mampu mengenalinya lagi ketika belan- ga itu berubah menjadi makin hitam menjijikkan?

Ketika kamu berhenti bermeditasi, lapisan karatan makin mengakar masuk merasuki cermin jiwamu sehingga tidak terdapat lagi kemilaunya.

Jika kamu hanya sekali menulis pada sehelai kertas, maka tulisan itu akan bisa dibaca, namun ketika kamu menulis ulang terus-menerus di atas kertas yang sama maka musta- hil tulisan itu dapat terbaca.

Ceburkan dirimu ke dalam larutan asam pembersih tem- baga. Bersihkan seluruh karat hitam legam yang menempel hingga menjadi bening terang."

Shu'ayb mengatakan hal ini, dan dengan satu hirupan nafas, bunga mawar mulai mekar indah di dalam dada manusia.

Akan tetapi dia tetap berkata, "Aku masih menginginkan tanda yang membuktikan bahwa Allah telah menghukumku."

Allah, melalui Shu'ayb, bersabda,"Aku tidak akan membuka rahasia-rahasiamu, tetapi Aku akan memberikan petunjuk yang membuatmu memahaminya:

Kamu melakukan banyak devosi pujian, berpuasa dan melakukan doa-doa ritual, tetapi kamu tidak pernah sungguh-sungguh tulus dalam menjalani semua itu.

Ada banyak kulit pembungkus buah kenari, tak satu pun yang isinya manis.

Ada benih kegembiraan yang dirasakan, Atau buah arbei yang tidak mampu melahirkan satu pohon berbuah.

Devosi, puasa, kebaktian tanpa kegembiraan dan ketulusan hanyalah fantasi-fantasi hampa belaka."


(Masnawi, 11, 3364-3397)





Posting Komentar

0 Komentar