#02 "Kerang Laut Mainan"

"Masuk dan larutlah dalam seluruh sifat Allah juga Wajah Maha AgungNya.

Punah ke dalam-Nya dan hiduplah abadi di sana, bukan di sini, bagaikan aksara yg hilang nyaring bunyinya, saling melebur memadu jalinan nan lembut.

Dalam kesatuan aksara itu hening sunyi.

Wejangan : engkau tidak pernah mengungkapkan apa yg ada dalam ungkapanmu, ia bersuara dgn sendirinya.
Terungkap jelas tanpa Muhammad mengucapkannya.

Allah berfirman kata kata itu disuarakan dari keheningan kosong.

Obat yg ada di rak benar-benar menjadi obat hanya jika obat itu diminum dan dimasukan dalam tubuh yg sakit.

Walaupun setiap pohon dipotong dan dibelah, dan setiap dahan serta sepihannya dibuat menjadi pena.
Bahkan jika samudera itu adalah cairan tinta dan setiap orang terlihat dalam karya ini, tetap tidak ada harapan menyelesaikan masnawi ini.

Selama cetakan pembuat bata terus diisi tanah liat, puisi ini akan terus terajut, dan terbentuk.

Ketika tidak ada lagi tanah liat, gunakanlah air.
Ketika tidak ada lagi hutan-hutan di daratan.
Gunakanlah hutan samudera.

Muhammad berkata, 'Berbicaralah sebentar tentang samudera itu, lalu segera balik lagi ke daratan. Ambilah mainan dan bicarakanlah tentang mainan itu'.

Anak anak menyukai mainan dari kerang laut, dengan mainan itu mereka belajar tentang laut. 
Karena setetes lautan dalam diri anak itu, dan dalam mainan itu dikenal lah keseluruhan samudera raya." 

(Masnawi, VI 2239-2256)

Posting Komentar

0 Komentar